PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK SISTEM KOORDINASI PADA SISWA KELAS IXA SMP NEGERI 1 NGADIROJO WONOGIRI

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran group investigation siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo.Dalam  penelitian ini, selain data kualitatif  hasil observasi terhadap kemampuan guru, juga dipakai data kuantitatif yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yakni mencari rerata skor hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA Materi Pokok Sistem Koordinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  terjadi peningkatan hasil belajar dicapai siswa.Hasil observasi awal, rata-rata hasil belajar siswa 68, siswa yang tuntas 50,00%. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah76, jumlah siswa yang tuntas 78,57%, dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa 84, jumlah siswa yang tuntas 100%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA Materi Pokok Sistem Koordinasi, siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo Wonogiri.

Kata Kunci: Model pembelajaran,Group Investigation, Hasil Belajar.

ABSTRACT

Keywords:Learning model, group investigation, learning interest

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran IPA yang diberikan di berbagai tingkat  pendidikan diharapkan mampu menjadikan siswa menjadi berfikir kritis, logis dan biasa bekerja secara ilmiah. Tujuan ideal pendidikan perlu didukung oleh berbagai kebijakan sekolah maupun peran guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Peranan guru untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran IPA perlu ditingkatkan guna mendukung hasil proses belajar mengajar. Interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar IPA merupakan salah satu indikator keberhasilan pembelajaran, karena apa yang diajarkan oleh guru dapat direspons oleh siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupannya.

Di SMP Negeri 1 Ngadirojo pada mata pelajaran IPA materi sistem koordinasi terjadi permasalahan kurang maksimalnya hasil  belajar siswa. Hasil ulangan IPA sistem koordinasi sub materi pokok sel saraf kelas IXA semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dari 28 siswa yang dibawah KKM ada 14 siswa, nilai rata – rata 68 serta  prosentase daya serap ulangan harian hanya mencapai 50%. Padahal ketuntasan belajar IPA SMP Negeri 1 Ngadirojo adalah 75 dan daya serap yang ideal adalah 85%. Pada standar kompetensi ini mereka belum memahami bagaimana menjelaskan sistem koordinasi materi sistem saraf tersebut.

Dari pembelajaran IPA di kelas IXA tersebut perlu ditingkatkan hasil pembelajarannya.Kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat dari dominasi guru.Metode yang diterapkan guru cenderung caramah sehingga siswa kurang mempunyai andil dalam pembelajaran. Pengkaitan antara metode pembelajaran dengan materi pembelajaran  juga dinilai kurang maksimal. Belum tercapainya kriteria ketuntasan minimum dan daya serap tersebut perlu segera diantisipasi dengan mengubah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model maupun media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi tersebut.

Memperhatikan karakteristik materi yang terdapat pada kompetensi dasar mendeskripsikan sistem koordinasi dan alat indera pada manusia serta kaitannya dengan pentingnya siswa dalam menjaga organ dan kesehatan manusia pada materi tersebut, maka salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa adalah menerapkan pendekatan Group Investigation (GI) dalam proses pembelajaran. Melalui pendekatan Group Investigation (GI) para siswa dikelompokkan dalam kondisi heterogen. Dengan kondisi ini, siswa yang lemah bisa mendapat bantuan dari siswa yang memiliki kemampuan tingggi.Ini diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas,maka dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Pokok Sistem Koordinasi Pada Siswa Kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo Wonogiri“

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dikemukakan di atas, maka masalah yang diselidiki dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pokok sistem koordinasi pada siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo Wonogiri?”

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar IPA materi pokok sistem koordinasi melalui model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo Wonogiri.

Manfaat Dan Hasil Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan teori atau pengetahuan baru terkait dengan penerapan model-model pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

  • Manfaat secara praktis
  • Manfaat bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan siswa untuk peningkatan hasil belajar IPA materi pokok sistem koordinasi

  • Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untuk mempermudah penyampian IPA materi sistem koordinasi dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)

  • Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sekolah untuk peningkatan kualitas pembinaan guru dalam pembelajaran di kelas.

KAJIAN PUSTAKA

Model pembelajaran Group Investigation ( GI)

Metode investigasi kelompok adalah perpaduan sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam menganalisis dan mensintesis. Investigasi kelompok tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Suhaida Abdul Kadir, 2002: 67)

Menurut Robert slavin (2005:216),Group investiagation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagi dimensi tuntutan dari proyek.Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik di dalam maupun diluar kelas.Sumber-sumber separti bermacam buku, gagasan, opini, data, solusi atau posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari.

Dalam menggunakan metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 sampai 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends, 1997: 120-121).

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran group investigation peran guru sebagai nara sumber dan fasilitator.Dalam kelas guru dapat memimpin kelompok-kelompok kecil degan memunculkan gagasan-gagasan untuk enarapkan tiap aspek kehiatan kelas.

Model pembelajaran kooperatif GI merupakan metode pembelajaran dengan siswa belajar secara kelompok, kelompok belajar terbentuk berdasarkan topik yang dipilih siswa. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam pembelajaran koo[eratif GI siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 2-6 orang siswa yang heterogen. Kelompok memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih, selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan di depan kelas.

Dalam http://yudi.wiratama.blogspot.co.id/2014/01/modelpembelajarankooperatif tipe.html pada tanggal 21 november 2016 pukul 11.00) bahwa Group Investigasi adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa, kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan. Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu metode untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal.

Dalam  implementasi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota-anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama  dalam materi tertentu. Selanjutnya siswa memilih sub materi untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas materi yang dipilih. Selanjtnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas

Langkah – langkah pembelajaran group investigation

Zainal aqiab ( 2013:26 ) berpendapat model pembelajaran group investigation memiliki langkah-langkah: 1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen; 2)Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok; 3) Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi yang berbeda dari kelompok lain; 4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan; 5) Setelah selesai diskusi,lewat juru bicara, lketua menyampikan hasil pembahasan kelompok; 6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan; 7) Evaluasi; dan 8) Penutup

Spencer Kagan (1985: 72) mengemukakan bahwa metode GI memiliki enam tahapan kegiatan seperti berikut: 1) Mengidentifikasikan topik dan pembentukan kelompok; 2) Merencanakan tugas belajar; 3) Menjalankan investigasi; 4) Menyiapkan Laporan Akhir; 5) Mempresentasikan hasil akhir; 6) Mengevaluasi

Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2000: 51) dalam model Group Investigation ini guru hanya berperan sebagai konselor, konsultan dan pemberi kritik yang bersahabat. Di dalam metode ini seyogyanya guru membimbing  dan mencerminkan kelompok melalui tiga tahap: 1) pemecahan masalah; 2) pengelolaan kelas; dan 3) pemaknaan secara perorangan

Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2004:28), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik ( 2005:36 ) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom  dalam hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotor. Rana kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian; Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai; dan Ranah Psikomotor meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan  bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Hasil belajar siswa dapat dinyatakan secara kualitatif dan dapat pula dinyatakan secara kuatitatif.Secara kualitatif hasil belajar dapat diungkapkan dengan pernyataan sangat baik, baik, sedang, kurang dan sebagainya.Sedangkan secara kuantitatif hasil belajar dapat di nyatakan dengan angka-angka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ngadorojo Wonogiri, mulai 1 September 2016 sampai 30 November 2016 semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017, dengan subjek penelitian siswa kelas IXA  SMP Negeri 1 Ngadorojo Wonogiri sebanyak 28 orang.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran group Investigation dapat meningkatkan minat untuk  meningkatkan hasil belajar IPA materi pokok Sistem Koordinasi Siswa Kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo Wonogiri. Penelitian dilaksanakan dua siklus di mana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Diagram alir penelitian ini seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gamba 1: Diagram alur Penelitian Tindakan Kelas.

(Adnan M.Baralemba, Bahan Tayang PTK Kemendikbud, 2016)

Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah menerapkan Model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan tahapan pembelajaraan sebagai berikut :

  1. Perencanaan: a) Melakukan refleksi awal terhadap pembelajaran yang sudah biasa dilakukan; b) Menyusun RPP untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation ( GI ); c)Menyusun perangkat dan instrument
  2. Pelaksanaan Tindakan: Pelaksanaan Tindakan menerapkan pembelajaran grouf Invertigation dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  3. Kegiatan awal:

Gegiatan yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran adalah: a) Guru menyampaikan tujuan & memotivasi siswa, b) Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok yang sudah dibagi sesuai materi oleh guru, c) Guru menentukan topik-topik permasalahan, d) Guru memberikan soal pretes

  • Kegiatan Inti:

Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan inti adalah: a) Siswa melakukan diskusi pada kelompok yang sudah dibagi dibimbing oleh guru, b) Setelah selesai dalam diskusi di kelompok antar kelompok, siswa disuruh menulis rangkuman dari materi yang sudah didiskusikan dan ditulis dikertas karton untuk selanjutnya dipresentasikan ke depan kelas, c).Siswa melakukan tanya jawab antara kelompok, d) Guru memberi pengarahan dan penegasan materi yang didiskusikan, e) Siswa mengerjakan kuis secara mandiri.

  • Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir pembelajaran, yang dilakukan guru adalah: a) memberikan penghargaan kelompok dan individu, b) membimbing siswa membuat kesimpulan terhadap materi yang didiskusikan, c) memberikan post tes, dan d) memberikan tugas untuk tindak lanjut berikutnya.

Materi yang akan disajikan selama penelitian ini adalah Sistem Koordinasi Saraf, secara berturut-turut sebagai berikut:

Siklus I

Pertemuan pertama: Sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Otak Pada Manusia. Pertemuan kedua: lanjutan dan penguatan sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Otak Pada Manusia

Siklus 2:

Pertemuan pertama: Sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Panca Indra Pada Manusia, sedangkan pertemuan kedua melanjutkan materi tersebut dan memberikan penguatan tentang Sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Panca Indra Pada Manusia

  • Observasi

Dalam tahap observasi, kegiatan dilakukan dimana dengan menggunakan lembar observasi baik untuk guru maupun untuk siswa observer mengamati dan mencatat kemampuan/semua aktivitas guru saat dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Grouf Investigasi, dan aktivitas siswa selama tindakan pembelajaran tersebut diterapkan.

  • Refleksi

Pada tahap ini, kegiatan dilakukan adalah melakukan diskusi atau perenungan atau refleksi untuk menghasilkan kesepakatan-kesepakatan terutama mengenai pelaksanaan tindakan mana yang sudah baik dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki akan dirumuskan cara terbaik untuk dilaksanakan pada tindakan siklus berikutnya.

Data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitatif bersumber dari data primer yaitu tes siswa dan data kuantitatif dari lembar observasi guru oleh obeserver.Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil belajar IPA pada materi sistem koordinasi.Data penelitiandikumpulkan dengan menggunakan instrumen. Ada 3 instrumen yang digunakan, yaitu: Tes hasil belajar, masing-masing siklus terdiri dari 20 soal dalam pilihan ganda digunakan mengukur hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran model group investigation ( GI ) dan lembar observasi berisi pernyataan tentang indikator yang menggambarkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran model group investigation (GI) dan indikator yang menggambarkan aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran tersebut.

Dalam bahan ajar Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah khususnya Penulisan Proposal PTK (Pusdiklat Pegawai Kemendikbud, 2016) dikemukakan bahwa ada tiga tahapan yang dilakukan untuk analisis data dalam penelitian ini, yaitu :

  1. Melakukan reduksi data

Dalam reduksi data dilakukan penyederhanaan data hasil penelitian melalui proses seleksi, pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Yaitu dengan mencari jumlah siswa di bawah KKM, jumlah siswa diatas KKM, rata – rata kelas, nilai minimal,nilai maksimal, daya serap di kelas IXA setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation.

  • Melakukan paparan data

Data dipaparkan atau  disajikan dalam bentuk naratif, dengan membuat tabel data atau grafik batang. Grafik ini berisi perbandingan nilai siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran Group investigation.

  • Melakukan penyimpulan

Berdasarkan paparan data hasil penelitian dilkukan pengambilan intisari dari keseluruhan paparan atau penyajian data yang telah dideskripsikan untuk diformulakan dalam bentuk kalimat yang singkat dan padat sebagai jawaban terhadap tujuan penelitian, yaitu melihatcapaian hasil belajar siswa, dimana penelitian ini dikatakan berhasil jika:                  Daya serap nilai uji kompetensi mencapai 85% dan sekurang-kurangnya 80% siswa hasil belajarnya mencapai nilai minimal 75

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pra Siklus

Dari hasil ulangan harian sebagai kondisi awal terpotret bahwa rata-rata nilai ulangan harian adalah 68, Siswa yang masuk kategori tuntas belajar  14 siswa ( N ≥ 75), Siswa yang belum tuntas belajar1 14 siswa ( N £75), dan prosentase siswa yang sudah tuntas adalah 50 %.

Grafik 1:Nilai Hasil Belajar Pada Pra Tindakan (Kondisi Awal)

            Dari hasil tersebut terlihat bahwa kondisi awal siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo secara klasikal hasil belajar masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata diperoleh hanya  68 dan siswa yang tuntas belajar hanya 50%. Kondisi perlu dilakukan perbaikan dengan melakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IXA tersebut pada  Sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Sel Saraf

Deskripsi Siklus I

Pada siklus 1 terdiri dari 4 tahap tindakan.Pada tahap perencanaan siklus I ini yaitu membuat RPP “Sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Otak Pada Manusia dengan model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation”, Validasiperangkat dan Instrumen, dan Merakit lembar observasi dan soal untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus I. Setelah itu dilanjutkan pada tahap PelaksanaanTindakan.Pada tahap inidilakukan 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 20 september 2016 dari jam 08.35 – 10.50. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan dengan waktu 20menit yang berupa guru membuka pelajaran dan memberikan motivasi belajar, dilanjutkan dengan memberikan soal pretest dan mengorganisasikan siswa dalam kelompok serta menentukan topik-topik bahasan masing-masing kelompok. Dari 28 siswa, dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 anggota. Pembagian kelompok tersebut di dasarkan pada perolehan nilai pada kondisi pra siklus (kondisi awal). Materi disajikan dibagi menjadi 6 Topik untuk dibagikan kepada kelompok, yakni: kelompok 1 Sel Saraf, kelompok 2 Otak Besar, kelompok 3 Otak Kecil, kelompok 4 Sum-Sum Lanjutan dan Tulang Belakang, Kelompok 5 Gerak Refleksi dan Biasa dan kelompok 6 Penyakit Sistem Saraf.

Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan tatap muka 1hari selasa tanggal 20 september 2016 dari jam 08.35 – 10.50, tatap muka 2 dilaksanakan hari kamis22  September 2016  dari 10.10 – 11.30, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Grouf Investigasi diperoleh hasil rata-rata nilai rata-rata hasil belajar adalah 76, Siswa yang tuntas belajar 22 siswa, Siswa yang belum tuntas belajar 6 siswa, Prosentase siswa yang sudah tuntas adalah 78,57%. Bila digambarkan tampak  seperti grafik pada gambar 2 di bawah ini.

Grafik 2: Nilai Hasil Belajar IPA Pada Siklus 1

Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada siklus I dari 28 siswa kelas IXA Secara klasikal, hasil belajar siswa sudah baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh yaitu 76 dan siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 78,57 %.

Setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refeksi dari tindakan yang telah dilakukan.Hasil kesepakatan diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Keberanian siswa untuk menyatakan pendapat masih kurang, terlihat banyaknya siswa yang hanya menurut pada salah satu pendapat yang belum tentu benar.

b. Dari hasil ulangan harian pada siklus I ini, siswa yang tuntas belajar 22 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar 6 anak. Dengan nilai rata-rata 76.

Secara garis besar, pelaksanaan siklus pertama berlangsung cukup baik, karena kegiatan ini merupakan hal yang baru bagi guru.Kegiatan siklus I perlu diulang, karena berdasarkan hasil evaluasi nilai rata-rata kelas sudah meningkat.

Agar kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, bekerjasama dengan kelompok dapat ditumbuh kembangkan dan hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan, maka upaya perbaikan pada siklus berikutnya seperti hal di bawah ini.

  1. Guru lebih memotivasi siswa dalam belajar kelompok.
  2. Guru memberikan reward bagi siswa dan kelompok belajar yang mampu meraih nilai terbaik
  3. Tetap menggunakan model pembelajaran yang sama dalam KBM, namun anggota kelompoknya diacak kembali dengan pemerataan kemampuan pada setiap kelompoknya.

Deskripsi Siklus II.

Sama seperti pada siklus I, pada siklus II dilakukan pula 4 tahap tindakan.Pada tahap Perencanaan,peneliti melakukan kegiatan yaitu 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) “Sistem Koordinasi Sub Materi Pokok Panca Indra Pada Manusia dengan model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation”, Validasi perangkat dan Instrumen, dan Merakit lembar observasi dan soal untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus II. PelaksanaanTindakan.Pelaksanaan tindakan siklus II ini lebih menekankan pada pelaksanaan hasil refleksi siklus I yakni mempertahankan apa yang telah baik dan memperbaiki tindakan yang belum maksimal dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi. Pelaksanaan tindakan pada siklus II terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa 18 oktober 2016 dari jam 08.35 – 10.50,dan pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari kamis  20 oktober 2016 dari 10.10 – 11.30. Materi yang disajikan meliputi: kelompok 1 mata, kelompok 2 telinga, kelompok 3 hidung, kelompok 4 lidah, kelompok 5 kulit dan kelompok 6 penyakit panca indra, dengan mengoptimalkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi.Hasil diperoleh adalah rata-rata nilai hasil belajar 84, siswa yang tuntas 28 orang atau 100%.Untuk memperlihatkan rata-rata perolehan, nilai minimum, nilai maksimum dan prosentase yang tuntas digambarkan seperti pada grafik 3 di bawah ini.

Grafik 3:Nilai Hasil Belajar IPA Pada Siklus II

Dan secara klasikal, prestasi belajar siswa sudahsangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh yaitu 84 dan siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 100 %

Dari hasil observasi, bahwa pada siklus II ini, terhadap siswa diperoleh:

Dan secara klasikal, prestasi belajar siswa sudahsangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh yaitu 84 dan siswa yang tuntas belajar sudah mencapai 100 %

Hasil akhir penelitian ternyata dapat menjawab permasalahan yaitu apakah Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation, dapat meningkatkan hasilbelajar IPA materi pokok sistem koordinasi siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo semester 1  tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dilihat dari perolehan data-data hasil penelitian seperti tabel dan grafik di bawah ini.

Jika kita lihat secara utuh hasil belajar siswa mulai dari pra tindakan, capaian hasil belajar siklus I dan II, dapat dilihat seperti table 1 dan grafik 4 di bawah ini.

Tabel 1: Rekap Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grouf Investigasi Siswa Kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo Wonogiri Tahun 2016

NoDataPra siklusSiklus ISiklus IIPeningkatanProsentase
1Rata-rata6876841616%
2Nilai Tertinggi85901001515%
3Nilai Terendah5055752525%
4Ketuntasan5078,57100,005050%

Data pada table 1 di atas, jika disajikan dalam grafik maka akan terlihat seperti gambar di bawah ini.

Grafik 4: Peningkatan Hasil Belajar IPAMulai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil evaluasi berdasarkan tabel 1 dan grafik 4 diatas menunjukkan hal – hal sebagai berikut :

  1. Nilai rata-rata meningkat, yaitu dari kondisi awal  sebesar 68  menjadi 76 pada siklus I dan 84 pada nilai siklus II.
    1. Tingkat ketuntasan belajar siswa, yaitu dari 50% kondisi awal menjadi 78,57% pada siklus I dan 100% pada siklus II.

                  Nampak bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigasidalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan hasil belajar IPA meateri sistem koordinasi, siswa IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

  1. Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigationdapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pokok sistem koordinasi siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Ngadirojo  Tahun pelajaran 2016/2017.
    1. Model pembelajaran kooperatif Group investigation membuat anak lebih aktif, karena siswa diajak berkelompok secara heterogen, siswa yang sudah bisa menguasai materi bisa menjelaskan siswa yang belum dalam berkelompok mendiskusikan materi.

Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkanmaka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

  1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan mengajar dengan mempergunakan berbagai metode dan media belajar yang berbeda-beda, sehingga proses belajar mengajar di dalam kelas dapat berlangsung secara menarik dan menyenangkan.
    1. Dalam kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Group Investigation guru harus lebih memotivasi siswa dan siswa dituntut untuk aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa maupun guru dengan siswa
    1. Meskipun penelitian tindakan kelas ini hanya sampai 2 siklus, namun guru hendaknya terus mengadakan penelitian selanjutnya agar kemampuan siswa lebih meningkat.
    1. Siswa perlu dilatih untuk berani mengemukakan pendapat di depan teman-temannya dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untukbertanya dan mengemukakan pendapat atau idenya.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan M.Baralemba, (2016). Bahan Tayang PTK.  Pusdiklat Pegawai Kemendikbud, Depok

Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management.Mc Graaw Hill Co, Boston.

Dimiyati dan Mudjiono.2004. Balajar dan Pembelajaran. Dikti, Jakarta.

http://yudi.wiratama.blogspot.co.id/2014/01/modelpembelajaran kooperatif tipe.html pada tanggal 21 november 2016 pukul 11.00

Joyce, Bruce.R. 2000. Models of Teaching. Allyn and Bacon, Boston.

Kagan, Spencer. 1985. “Dimension of Cooperative Classroom Structure” dalam Slavin, R.E. Learning to Cooperate, Cooperate to Learn. 72-73. Plenum Press, London.

KTSP. 2016. SMP Negeri 1 Ngadirojo.Wonogiri . Dinas Pendidikan Kabupaten. Wonogiri

Oemar Hamalik. 2005 .Proses BelajarMengajar. Bumi Aksara, Jakarta.

Pusdiklat Pegawai Kemendikbud, 2016. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Pusdiklat Pegawai Kemendikbu, Depok.

Robert slavin.2005.Cooperative learning.Allymandbacon, London

Suhaida Abdul Kadir. 2002. Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Tradisional   Terhadap Prestasi, Atribusi Pencapaian, Konsep Kondisi Akademik dan hubungan Sosial Dalam Pendidikan Perakaunan. Malaysia.Universiti Putra Malaysia.

Zainal aqiab. 2013. Model-model ,Media,dan Strategi Pembelajaran Kontekstual.Yrama Widya, Bandung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *